Berbicara tentang teknologi nano, maka tidak akan bisa lepas dari
mikroskop, yaitu alat pembesar untuk melihat struktur benda kecil
tersebut. (Teknologi nano : teknologi yang berbasis pada struktur benda
berukuran nano meter. Satu nano meter = sepermilyar meter). Tentu yang
dimaksud di sini bukanlah mikroskop biasa, tetapi mikroskop yang
mempunyai tingkat ketelitian (resolusi) tinggi untuk melihat struktur
berukuran nano meter. Di bagian pertama tulisan ini, penulis bermaksud
untuk mengulas sejarah perkembangan mikroskop dan kemampuannya dalam
mengamati suatu obyek benda.
Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata
micron=kecil dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat yang
digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata
telanjang. Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat mikroskop
pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen dan Zacharias
Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan mikroskop saat itu mendorong
ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang
sama. Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan
mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo.
Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop
optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan
terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit
difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara
teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200
nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa
mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.
Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan
mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun
1932 lahir mikroskop elektron. Sebagaimana namanya, mikroskop elektron
menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari
cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai kemampuan pembesaran
obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa
mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa
berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain
dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa
udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat
alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan
membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan
elektron-molekul bisa terhindarkan.
Ada 2 jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu tunneling electron microscopy (TEM) dan scanning electron microscopy (SEM).
TEM dikembangkan pertama kali oleh Ernst Ruska dan Max Knoll, 2
peneliti dari Jerman pada tahun 1932. Saat itu, Ernst Ruska masih
sebagai seorang mahasiswa doktor dan Max Knoll adalah dosen
pembimbingnya. Karena hasil penemuan yang mengejutkan dunia tersebut,
Ernst Ruska mendapat penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986.
Sebagaimana namanya, TEM bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke
lapisan tipis sampel, yang selanjutnya informasi tentang komposisi
struktur dalam sample tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat
tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus lapisan
tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar elektron tersebut juga bisa
diketahui struktur kristal maupun arah dari struktur kristal tersebut.
Bahkan dari analisa lebih detail, bisa diketahui deretan struktur atom
dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut. Hanya
perlu diketahui, untuk observasi TEM ini, sample perlu ditipiskan sampai
ketebalan lebih tipis dari 100 nanometer. Dan ini bukanlah pekerjaan
yang mudah, perlu keahlian dan alat secara khusus. Obyek yang tidak bisa
ditipiskan sampai order tersebut sulit diproses oleh TEM ini. Dalam
pembuatan divais elektronika, TEM sering digunakan untuk mengamati
penampang/irisan divais, berikut sifat kristal yang ada pada divais
tersebut. Dalam kondisi lain, TEM juga digunakan untuk mengamati irisan
permukaan dari sebuah divais.
Tidak jauh dari lahirnya TEM, SEM dikembangkan pertama kali tahun
1938 oleh Manfred von Ardenne (ilmuwan Jerman). Konsep dasar dari SEM
ini sebenarnya disampaikan oleh Max Knoll (penemu TEM) pada tahun 1935.
SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan
sampel, yang selanjutnya informasi yang didapatkan diubah menjadi
gambar. Imajinasi mudahnya gambar yang didapat mirip sebagaimana gambar
pada televisi.
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi
pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan
deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang
muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut discan
dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang
terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya
ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube).
Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa
dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang
ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut
pandang 3 dimensi.
Demikian, SEM mempunyai resolusi tinggi dan familiar untuk mengamati
obyek benda berukuran nano meter. Meskipun demikian, resolusi tinggi
tersebut didapatkan untuk scan dalam arah horizontal, sedangkan scan
secara vertikal (tinggi rendahnya struktur) resolusinya rendah. Ini
merupakan kelemahan SEM yang belum diketahui pemecahannya. Namun
demikian, sejak sekitar tahun 1970-an, telah dikembangkan mikroskop baru
yang mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara
vertikal, yang dikenal dengan “scanning probe microscopy (SPM)”.
SPM mempunyai prinsip kerja yang berbeda dari SEM maupun TEM dan
merupakan generasi baru dari tipe mikroskop scan. Mikroskop yang
sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalahscanning tunneling microscope (STM), atomic force microscope (AFM) dan scanning near-field optical microscope (SNOM). Mikroskop tipe ini banyak digunakan dalam riset teknologi nano.
Sumber : http://www.kamusilmiah.com/elektronik/mikroskop-dan-teknologi-nano-1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar